Hasduk Berpola itu sebenarnya cerita aslinya dari cerpen yang ditulis
Bagas Dwi Bawono. Kenapa cerita ini terbentuk, awalnya adalah pada Sidang
Paripurna DPR RI tahun 2009 yang otomatis dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
saat itu. Di sidang paripurna itu lupa menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Itu luar biasa sekali, membuat marah penulis cerpen ini dan akhirnya ia
tulislah cerpen Hasduk Berpola pada tahun 2009 juga. Sudah sempat dibawa
kemana-mana tapi baru bisa realisasi pas ketemu sama saya. Bagas Dwi
Bawono menjadi salah satu penulis skenarionya. Nah, dasar dari film
Hasduk Berpola awalnya dari cerpen itu, kemudian berkembang menjadi
cerita panjang berbentuk skenario film. Karena penulis aslinya berasal
dari Bojonegoro, dia memasukkan unsur-unsur budaya yang dia paham, dan
mengambil Bojonegoro sebagai sentral lokasi penceritaan.
Nah, bagaimana Hasduk Berpola bisa diangkat menjadi film, pada dasarnya sang penulis cerita asli memang ingin sekali menyuarakan isi hatinya, dia membuat cerpen anak berjudul Hasduk Berpola. Ketika cerpen itu jadi dia bertemu dengan Kirana, salah satu penulis skenario Hasduk Berpola, ia juga penulis novel. Mereka berdiskusi panjang lebar sampai akhirnya ingin cerpen Hasduk Berpola dijadikan film. Nah, mereka mengajukan cerita ke banyak sutradara hingga sampai lah ke saya. Saat ketemu sama saya, saya langsung suka sama ceritanya. Saya suka sekali, Ucap Harris Nizam.
Awal cerita Hasduk Berpola ini sampai ke tangan saya adalah Waktu saya ke Hongkong menghadiri acara BISA Award dari para TKW, saya ketemu mbak Era Soekamto, designer muda yang juga diundang di acara tersebut. Kami menyanyikan lagu Indonesia Raya. Saya tuh merinding banget pada saat itu. Magis banget ini lagu. Saya bilang sama mbak Era, “Mbak Era, harusnya ya.. kita itu menyanyikan lagu Indonesia Raya itu bisa merinding kayak gini ga cuma kalau kita lagi di luar negeri. Tapi saat kita dimanapun, harusnya kita bisa merasakan merindingnya ini.” Mbak Era mengiyakan. Akhirnya setelah pulang ke Indonesia, Mbak Era hubungi saya, “Harris ini ada orang bikin cerita tentang Indonesia Raya. Pasti kamu suka nih! Seperti yang kamu inginkan.”
“Ok.”
Ketemulah kami dengan sang penulis pada akhir Desember 2011. Kita ngobrol-ngobrol. Saya suka banget. Pulang saya langsung hubungi produser saya. “Pak ini ada cerita bagus banget.”
“Ceritanya kayak gimana?”
“Mendingan ketemu aja langsung sama penulisnya.”
Awal tahun 2012 akhirnya saya dan produser ketemu dengan penulis, ngobrol, jabat tangan dan hari itu juga kami nyatakan projectnya on. Langsung persiapan. Saat pertama kali saya baca skenarionya itu sudah sampai draft 9. Kami revisi sampai draft 14 berbarengan dengan hunting lokasi ke Bojonegoro, Casting dan persiapan lainnya
Nah, bagaimana Hasduk Berpola bisa diangkat menjadi film, pada dasarnya sang penulis cerita asli memang ingin sekali menyuarakan isi hatinya, dia membuat cerpen anak berjudul Hasduk Berpola. Ketika cerpen itu jadi dia bertemu dengan Kirana, salah satu penulis skenario Hasduk Berpola, ia juga penulis novel. Mereka berdiskusi panjang lebar sampai akhirnya ingin cerpen Hasduk Berpola dijadikan film. Nah, mereka mengajukan cerita ke banyak sutradara hingga sampai lah ke saya. Saat ketemu sama saya, saya langsung suka sama ceritanya. Saya suka sekali, Ucap Harris Nizam.
Awal cerita Hasduk Berpola ini sampai ke tangan saya adalah Waktu saya ke Hongkong menghadiri acara BISA Award dari para TKW, saya ketemu mbak Era Soekamto, designer muda yang juga diundang di acara tersebut. Kami menyanyikan lagu Indonesia Raya. Saya tuh merinding banget pada saat itu. Magis banget ini lagu. Saya bilang sama mbak Era, “Mbak Era, harusnya ya.. kita itu menyanyikan lagu Indonesia Raya itu bisa merinding kayak gini ga cuma kalau kita lagi di luar negeri. Tapi saat kita dimanapun, harusnya kita bisa merasakan merindingnya ini.” Mbak Era mengiyakan. Akhirnya setelah pulang ke Indonesia, Mbak Era hubungi saya, “Harris ini ada orang bikin cerita tentang Indonesia Raya. Pasti kamu suka nih! Seperti yang kamu inginkan.”
“Ok.”
Ketemulah kami dengan sang penulis pada akhir Desember 2011. Kita ngobrol-ngobrol. Saya suka banget. Pulang saya langsung hubungi produser saya. “Pak ini ada cerita bagus banget.”
“Ceritanya kayak gimana?”
“Mendingan ketemu aja langsung sama penulisnya.”
Awal tahun 2012 akhirnya saya dan produser ketemu dengan penulis, ngobrol, jabat tangan dan hari itu juga kami nyatakan projectnya on. Langsung persiapan. Saat pertama kali saya baca skenarionya itu sudah sampai draft 9. Kami revisi sampai draft 14 berbarengan dengan hunting lokasi ke Bojonegoro, Casting dan persiapan lainnya
Di film ini menurut saya, kemampuan saya di push ke level kemampuan
yang menurut saya paling maksimal. Di film ini lah pertama kali saya
shooting secara multi-camera dengan menggunakan 3 buah kamera redcam dan
satu kamera video untuk kebutuhan adegan wartawan meliput acara itu.
Jadi ketika shooting di depan saya itu ada empat buah monitor. Wow,
oke.. semuanya keren. Hahaha.
Adegan itu juga melibatkan 1500 orang, menutup jalan raya di depan
hotel Majapahit yang dulunya hotel Yamato, melibatkan 40 orang polisi,
shooting selama tiga hari. Otomatis saya push diri saya ke level yang
menurut saya paling maksimal. Karena itu sequence scene, kurang lebih
sekitar 12 scene dan terpecah secara paralel. Jadi saya harus hapal
sekali pengadeganan yang saya buat serta pecahan serta urutan shot saya,
kalau nggak 1500 orang akan teriak. Mereka bekerja dari jam 6 pagi
sampai jam 5 sore. Saya kalau ngebayangin itu lagi bisa stres lho.
Adegannya berupa : karnaval besar, Ada marching band, ada gadis
kupu-kupu, ada reog Ponorogo, kuda lumping, macem-macem dech pokoknya.
Secara action ya itu yang paling berat. Banyak juga di adegan lain yang
menuntut saya harus lebih banyak bersabar karena saya berhadapan dengan 5
pemain cilik baru dan harus berakting secara natural. Itu sangat
menguras tenaga. Salah satu pemainnya malah ada yang autis. Saat kami
ngobrol, dia nggak perduli sama sekali. Orangtuanya pun kaget ketika dia
bisa lolos casting. Dia yang memerankan tokoh anak bernama Arman. Tapi
menurut saya dia berakting keren sekali. Cepat paham, hapal sekali
continuity. Film Hasduk Berpola ini melakukan shooting selama 36 hari. Sempat istirahat 2 hari.
Saya hanya ingin masyarakat Indonesia bangga dengan negerinya. Saya
ingin lagu Indonesia Raya tidak hanya didengarkan disaat acara
kepresidenan atau acara kenegaraan lainnya, tapi lagu Indonesia Raya
bisa selalu dinyanyikan dan lebih dekat oleh masyarakat Indonesia.
Sederhananya, seminggu sekali kita kembali menyanyikan Indonesia Raya
atau paling tidak mendengarkannya dengan hening dan khidmat. Menurut
saya dengan cara sederhana seperti itu bisa membantu membangkitkan
kembali rasa nasionalisme kita. Ini ini penting terutama untuk
anak-anak. Makanya film ini diceritakan dari sudut pandang anak-anak.
Semoga generasi penerus akan menjadi generasi yang sangat mencintai
negerinya. Dan harapan saya untuk film ini, semoga film ini bisa menjadi
besar dengan caranya sendiri.
BERIKUT SINOPSIS FILM HASDUK BERPOLA :
Film "Hasduk Berpola" menceritakan tentang seorang veteran mantan
pejuang '45 bernama Masnun yang tinggal di Surabaya yang hidupnya
sengsara dan terlunta-lunta meskipun perjuangannya pada masa perang
kemerdekaan dia harus mempertaruhkan nyawanya membela tanah air.
Masnun hidup bersama anaknya, Rahayu yang seorang janda dengan dua orang anak bernama Budi dan Bening. Masnun memutuskan untuk kembali ke kota asalnya, Bojonegoro. Di kota asalnya tersebut, hidup Masnun sekeluarga tidak membaik malah semakin terpuruk.
Di sisi lain, Budi sang cucu tertantang untuk mengalahkan temannya, Kemal dalam kegiatan pramuka. Tapi kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan, Budi tidak mampu membeli semua perlengkapan pramuka. Budi sekuat tenaga dengan berbagai cara berjuang untuk memiliki semua perlengkapan pramuka tersebut.
Melihat perjuangan sang kakak, Bening sang adik merasa kasihan dan merelakan seprei kesayangannya untuk dibuat hasduk oleh sang kakak. Bagaimana cerita selengkapnya, tunggu tanggal mainnya. Film sederhana penuh pesan-pesan moral dan kebangsaan ini ditutup dengan adegan yang menggetarkan sisi nasionalisme kita sebagai bangsa Indonesia.
Masnun hidup bersama anaknya, Rahayu yang seorang janda dengan dua orang anak bernama Budi dan Bening. Masnun memutuskan untuk kembali ke kota asalnya, Bojonegoro. Di kota asalnya tersebut, hidup Masnun sekeluarga tidak membaik malah semakin terpuruk.
Di sisi lain, Budi sang cucu tertantang untuk mengalahkan temannya, Kemal dalam kegiatan pramuka. Tapi kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan, Budi tidak mampu membeli semua perlengkapan pramuka. Budi sekuat tenaga dengan berbagai cara berjuang untuk memiliki semua perlengkapan pramuka tersebut.
Melihat perjuangan sang kakak, Bening sang adik merasa kasihan dan merelakan seprei kesayangannya untuk dibuat hasduk oleh sang kakak. Bagaimana cerita selengkapnya, tunggu tanggal mainnya. Film sederhana penuh pesan-pesan moral dan kebangsaan ini ditutup dengan adegan yang menggetarkan sisi nasionalisme kita sebagai bangsa Indonesia.
Berikut Trailer Film "Hasduk Berpola" :
Berikut data-data Film "Hasduk Berpola" :
Sutradara : Harris Nizam
Produser : Sarjono Sutrisno
Penulis : Bagas D. Bawono, Kirana Kejora
Pemain : Idris Sardi, Iga Mawarni, Petra Sihombing, Alisia Rininta, Calvin Jeremy
Genre : Drama, Nasionalisme
Durasi : 100 menit
Produksi : Aletta Pictures
Tanggal Rilis : 21 Maret 2013
No comments:
Post a Comment